NEUMEDIA.ID, JAKARTA — Samsung Electronics Indonesia hari ini resmi meluncurkan Galaxy S24 Series, smartphone flagship terbarunya yang menghadirkan kecanggihan AI (Artificial Intelligence) melalui teknologi Galaxy AI.
Ketiga model yang tersedia, yaitu Galaxy S24, S24+, dan S24 Ultra, menawarkan pengalaman pengguna yang luar biasa dengan berbagai fitur AI yang inovatif dan bermanfaat.
Galaxy AI: Kecerdasan yang Dipersonalisasi Salah satu daya tarik utama Galaxy S24 Series adalah teknologi Galaxy AI yang diusungnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca juga: Pratama Arhan Gendong Anak Bayi, Azizah Salsha Beri Kode
Berbeda dengan AI pada umumnya, Galaxy AI bekerja on-device, sehingga data pengguna tidak disimpan di luar perangkat dan keamanannya terjamin.
Fitur-fitur AI yang tersedia di Galaxy S24 Series dirancang untuk membantu pengguna dalam berbagai aktivitas, seperti:
-Circle to Search: Temukan informasi dengan mudah dan cepat dengan melingkari objek yang ingin dicari di layar.
-Photo Assist: Sempurnakan hasil foto Anda dengan fitur editing yang mudah dan intuitif.
-Live Translate: Terjemahkan bahasa secara langsung dan real-time untuk berkomunikasi dengan mudah di berbagai negara.
-Transcript Assist: Buat transkrip dan ringkasan percakapan secara otomatis, ideal untuk belajar dan bekerja.
-Chat Assist: Dapatkan saran untuk optimasi chat, seperti menambahkan hashtag, emoji, atau mengubah gaya bahasa.
-Note Assist: Rapihkan catatan Anda dengan header dan bullet point untuk memudahkan membaca.
-AI Wallpaper: Buat wallpaper unik dan personal dengan memasukkan kata kunci pilihan Anda.
Irzan Raditya, CEO dan Co-Founder Kata.ai mengungkapkan, berdasarkan hasil risetnya, beberapa customer yang sukses menerapkan teknologi AI dari sisi biaya operasional bisa berhemat sampai 70%.
“Ini angkanya lumayan absolut setelah kami melakukukan riset pada puluhan pelanggan Kata.ai,” ujar Irzan saat jadi pembicara di Samsung S24 Series Media Online Sessions, Senin 19 Februari 2024.
Menurutnya, dengan efisiensi operasional yang begitu besar, ke depan pengembangan teknologi chatbot akan semakin massif dilakukan.
Apalagi, perilaku baru telah terjadi selama merebaknya wabah dengan peralihan menuju layanan online.
Meski diperlukan modal tambahan dalam mengembangkan chatbot, namun hal itu tidak menjadi kendala apabila mempertimbangkan keuntungan yang didapatkan.
Irzan mencontohkan, penggunaan teknologi chatbot banyak digunakan pada industri jasa keuangan dan saat ini sebagian besar telah memiliki bank digital.
“Bisa dilihat sekarang sudah menjadi tren adanya digital banking atau neobank. Saat ini sudah tidak ada lagi kantor cabang atau pendaftaran secara manual. Semuanya sudah online. Hal yang sama dengan chatbot mendorong adopsi digital customer tuch point melalui aplikasi yang sering dipakai setiap harinya,” ujarnya.
“Kemudian, ada percepatan pertumbuhan percakapan yang diproses oleh Kata.ai ketika pandemi itu meningkat tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi. Ini menandakan bahwa demand-nya sangat besar dan memberikan manfaat yang sangat besar bagi pelanggan serta yang melayani bisnis,” tambahnya.
Lebih lanjut, Irzan menjelaskan, serapan industri di Indonesia terhadap chatbot terlihat semakin terakselerasi dengan menyasar pada berbagai layanan. Adapun penggunaannya sebagian besar diperuntukkan bagi customer service sebanyak 71% diikuti oleh asisten virtual sebesar 12%.
“Rerata industri di Indonesia mampu mengolah 20 ribu sampai 30 ribu pengguna aktif setiap bulannya. Contohnya, chatbot IM3 milik Indosat Ooredoo Hutchison merupakan salah satu chatbot tersibuk dengan melayani 46.000 user setiap harinya dengan total pengguna aktif yang mencapai satu juta per bulannya,” pungkasnya.
Editor : arfan