NEUMEDIA.ID, SURABAYA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiska (BMKG) Kelas I Juanda Sidoarjo menyatakan bahwa sebagian daerah di Provinsi Jawa Timur telah memasuki puncak musim hujan.
Seiring dengan itu, potensi bencana hidrometeorologi (hujan lebat, banjir, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan hujan es) semakin tinggi.
Dalam keterangannya, Kepala BMKG Kelas I Juanda Sidoarjo Taufiq Hermawan mengatakan, fenomena itu karena adanya Monsun Asia Musim Dingin yang diasosiasikan sebagai musim angin baratan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hal ini mulai menunjukkan dampaknya terhadap potensi peningkatan massa udara basah. Aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, terbentuknya pola pertemuan angin dan belokan angin di sekitar wilayah Jawa Timur menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan sepekan ke depan diprakirakan cukup intens.
“BMKG Juanda menghimbau masyarakat dan instansi terkait agar senantiasa waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai petir dan angin kencang selama sepekan ke depan,” ujar Taufiq dalam pernyataannya yang dikutip Neumedia.id, Kamis (11/12024).
Menurutnya, kewaspadaan perlu lebih ditingkatkan bagi warga yang tinggal di wilayah dengan topografi curam/bergunung/tebing. Sebab, cuaca ekstrem yang tengah berlangsung dapat menimbulkan banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang serta berkurangnya jarak pandang.
Sementara itu, bencana alam sudah mulai terjadi di sejumlah daerah di Jawa Timur. Di Kabupaten Ponorogo, sebuah rumah di Desa Pandak, Kecamatan Balong roboh dan rata dengan tanah akibat disapu hujan deras.
Selain itu, lahan pertanian di Dukuh Tajem, Desa Bareng, Kecamatan Pudak juga telah amblas pada Selasa (9/1/2024) siang. Sebelumnya, jalan lingkar di kawasan Telaga Ngebel, Kecamatan Ngebel sempat tertutup material longsor. (*/ofi)