PONOROGO, NEUMEDIA.ID – Seluas 50 hektare hutan di kawasan Gunung Bayangkaki yang masuk Desa Temon, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur rusak akibat kebakaran pada tahun 2019.
Wilayah tersebut gersang, air menjadi barang langka. Beragam jenis flora dan fauna mati terpanggang api yang berkobar, kala itu.
Melihat kondisi ini, sejumlah pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Desa Temon berinisiatif melakukan penghijauan. Namun, upaya mengembalikan hutan seperti sebelum kebakaran bukan hal yang mudah. Kekompakan mereka benar-benar diuji.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca Juga : Cegah Korban Saat Cuaca Ekstrem, Perhutani Tutup Jalur Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu
Satu persatu, di antara sejumlah pemuda desa ‘angkat tangan’. Sebagian memilih kesibukan lain yang dinilai lebih menguntungkan secara ekonomi.
Apalagi, beberapa bibit tanaman penyimpan air yang ditanam di kawasan Gunung Bayangkaki tidak menunjukkan perkembangannya. Bahkan, justru banyak yang mati.
Jenis tanaman yang ditancapkan di hutan yang masuk hutan itu seperti, karet kebo, mahoni, bulu, ipik, jambu klampok, dan beringin.
Karena jumlah yang terlibat dalam gerakan itu kian berkurang, Rudi Antoro, pemuda Desa Temon mengajak wajah-wajah baru untuk menghijaukan Gunung Bayangkaki. Hingga akhirnya, kelompok pecinta alam bernama Insan Peduli Bhayangkaki (IPB) terbentuk.
IPB getol melakukan penghijauan di kawasan hutan Gunung Bayangkaki yang dikelilingi puncak Gunung Putri, Gunung Gentong, Gunung Ijo dan Gunung Tupak sejak tahun 2020 hingga 2023. Hasilnya, 20 dari 50 hektare lahan yang sebelumnya rusak akibat kebakaran telah hijau kembali.
Baca Juga : Jatim Paling Banyak Berangkatkan Pekerja Migran Indonesia, Mayoritas Asal Ponorogo
Kawasan Bhayangkaki yang dulunnya gersang, tidak ada sumber air sudah pulih kembali. “Kami berusaha mengajak masyarakat untuk sadar kelestarian lingkungan. Tapi, kami membuktikan dengan kerja nyata,” ujar Rudi Antoro, Mingu (3/3/2024).
“Warga akan sadar dengan sendirinya ketika merasakan secara langsung dampaknya, sudah pulihnya sumber air dan satwa bertangan,” lanjutnya.
Sementara itu, Sekretaris Desa Temon, Triyono mengungkapkan keberhasilan konservasi di Kawasan Gunung Bhayangkaki dan sekitarnya berkat keseriusan IPB. Kelompok yang dipimpin oleh Rudi Antoro itu dinyatakan berhasil dalam menghijaukan kembali kawasan hutan seluas 20 hektar dari total keseluruhan 50 hektar.
Dampak yang dirasakan oleh warga sekitar adalah pulihnya 10 sumber mata air yang sejak sejak 2019 kering dampak hutan gundul pascakebakaran.
“Mereka telaten melakukan perawatan termasuk di musim kemarau dengan membawa jeriken dan botol air naik keatas gunung untuk menyiram tanaman,” ungkapnya.
“Jika ada tanaman yang mati, maka langsung ditanam ulang. Bahkan, mereka mengeluarkan biaya sendiri untuk membeli bibit yang dibutuhkan untuk konservasi ini,” sambung Triyono. (*/ofi)
Editor : Nofika D. Nugroho
Sumber Berita : artikel kolaborasi neumedia.id dan dutanusantarafm.com