NEUMEDIA.ID, MADIUN – Katimumul (Holotrichia Hilleri) bagi kebanyakan orang hanya dibiarkan hidup di alam bebas. Mereka merasa geli, jijik dan menganggap serangga sejenis kumbang ini hanya sebagai hama tanaman pangan.
Namun, bagi sebagian warga Desa Cermo, Kecamatan Kare, Kabupaten Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur sengaja mengumpulkan, mengolah dan mengonsumsinya.
Aktivitas itu biasa dilakukan warga di lereng Gunung Wilis saat penghujan. Sebab, serangga sejenis kumbang ini bermunculan saat musim tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hewan kecil bersayap ini telah menjadi kuliner favorit warga di lereng pegunungan, tepian hutan, dan pedesaan sejak zaman nenek moyang. Katimumul dijadikan lauk dan diyakini memiliki gizi tinggi yang baik untuk kesehatan.
“Rasanya enak, gurih ada sedikit pahit-pahitnya gitu. Enak buat makan dan banyak gizinya,” kata Edi Tama, warga Desa Cermo, Kecamatan Kare Kabupaten Madiun, Minggu (7/1/2024).
Untuk mendapatkan sensasi saat makan Katimumul tidak mudah dilakukan. Setelah didapat, hewan ini biasanya didiamkan dalam wadah tertutup selama sehari.
Cara ini bertujuan mengeluarkan kotoran. Kemudian, hewan bersayap dengan panjang sekitar 1 sentimeter ini dimasukkan ke dalam wajan panas yang telah diisi minyak goreng.
Katimumul dituang dan diaduk dan dicampur dengan bumbu masak yang telah disiapkan. Setelah matang, katimumul siap dihidangkan dan disantap sebagai lauk atau untuk camilan.
Bagi warga yang menginginkan kuliner ekstrem ini hanya bisa mengonsumsinya setahun sekali. Hal ini seiring datangnya musim hujan.
Untuk mencarinya biasa dilakukan saat malam hari. “Banyak kalau pas sudah musim hujan, carinya di pohon-pohon tidak tinggi, sama bawa senter. Tadi berangkat jam 5 pulang jam 7 lumayan sudah dapat banyak,” aku Edi.
Katimumul sendiri biasa hidup di tepian hutan di lubang bawah pohon dan keluar hanya setahun sekali pada malam hari saat musim penghujan tiba.
Pada kemunculannya, Katimumul biasanya akan memakan daun-daunan di hutan. Umumnya, warga berburu Katimumul pada malam hari hanya dengan alat sederhana berupa nampan dan penerangan (lampu senter).
Katimumul biasanya menempel di daun pisang, sirsat, sono, dan daun apa saja yang ada di kebun-kebun milik warga.
Selain Katimumul, saat musim hujan datang sebenarnya masih banyak kuliner ekstrem yang tak kalah nikmatnya. Ada lain ada entung jati (ulat jati), laron, embug-embug dan belalang. (ant/ofi)