KEDIRI, NEUMEDIA.ID – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri kembali menggandeng awak media dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang literasi keuangan. Jika target itu tercapai, maka diharapkan agar produk jasa keuangan dapat digunakan secara bijak.
Dalam pertemuan dengan sejumlah jurnalis, Kepala Kantor OJK Kediri Bambang Supriyanto mengatakan bahwa salah satu hal yang menjadi sorotan selama beberapa waktu terakhir adalah tentang fintech peer-to-peer lending atau pinjol.
“Penanganan pinjol dan investasi ilegal masih menjadi headline di beberapa media,” ujarnya dalam Jurnalis Class di Fave Hotel, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca Juga: Sektor UMKM Dominasi Penyaluran Kredit di Wilayah OJK Kediri
Kegiatan yang diikuti sejumlah jurnalis dari wilayah Madiun Raya dan Kediri Raya itu berlangsung selama dua hari, terhitung mulai Selasa (28/5/2024) hingga Rabu (29/5/2024).
Bambang menyatakan Jurnalis Class ini bertujuan menjadikan media sebagai mitra OJK dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Terutama dalam edukasi dan peningkatan literasi serta inklusi keuangan.
“Sejumlah materi soal keuangan diberikan kepada peserta, termasuk edukasi dan perlindungan konsumen oleh OJK Kediri, pencegahan kerugian konsumen, dan penindakan terhadap investasi atau pinjaman online ilegal,” kata Bambang dalam sambutannya.
Baca Juga: Industri Keuangan Syariah Berpotensi Semakin Berkembang, Tapi …..
Materi lainnya mencakup pengawasan perusahaan pembiayaan dan penyelenggara layanan paylater. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Kantor Pusat OJK yang merupakan spesialis di bidangnya.
Bambang juga menyebutkan bahwa topik yang dibahas dalam Jurnalis Class ini banyak berasal dari lima besar konsultasi dan pengaduan di OJK Kediri. Materi itu meliputi restrukturisasi pembiayaan paylater dan fintech peer-to-peer lending atau pinjol, serta sistem layanan informasi keuangan (SLIK).
Ia berharap kegiatan ini dapat meningkatkan literasi keuangan dan pemahaman produk pembiayaan di masyarakat. Menurut Bambang, banyak permasalahan yang terjadi akibat kurangnya literasi dan pemahaman mengenai produk jasa keuangan, yang dapat berdampak pada kredit scoring di SLIK.
“Dengan meningkatnya literasi keuangan, diharapkan masyarakat bisa lebih memahami dan bijak dalam menggunakan produk jasa keuangan,” pungkasnya. (ant/ofi)